Step pada anak merupakan permasalahan yang besar, tidak boleh disepelekan. Jika teledor, anak bisa mengalami kelumpuhan pada kaki, ketajaman otak menjadi lemah, bahkan bisa terkena ayan. Oleh sebab itu , sebaiknya mulai saat ini setiap kita, khususnya para orang tua, harus mengetahui gejala dan tanda-tanda step pada anak.
Gejala Anak Step
Tanda step Step memiliki beberapa tanda yang midah dikenali. Yang paling mudah dikenali adalah kejang yang sifatnya mendadak. Dalam tingkatan yang parah step dapat menimbulkan busa pada mulut, wajah biru, mata terbalik sehinggga warna putih berada dibawah, tidak ditengah,mulut mencong (ujung mulut tertarik kearah pipi). Semua gejala ini hanya berlangsung dalam beberapa menit.
Pada saat kejang dimulai, tubuh anak Anda tiba-tiba kaku dan bola matanya berputar ke belakang. Tak lama kemudian dia kehilangan kesadaran. Tubuh, tangan dan kaki kemudian mengejang (kelojotan) dengan kepala terdongak. Kulit anak menjadi gelap, mungkin kebiruan. Napasnya tidak beraturan. Kondisi ini biasanya tidak berlangsung lama.
Dalam beberapa detik sampai menit anak Anda akan berangsur-angsur kembali mendapatkan kesadaran. Anak
Anda mungkin akan terlihat mengantuk untuk beberapa saat sebelum kembali normal. Meskipun hanya berlangsung beberapa menit, serangan kejang mungkin terasa sangat lama bagi Anda yang menyaksikan. Kejang pada anak-anak memang selalu merupakan pengalaman menakutkan.
Penyebab Step Anak
Kejang demam terjadi karena aktivitas listrik di otak terganggu oleh demam. Kejang demam dapat merupakan tanda pertama penyakit. Sebagian besar kejang demam terjadi dalam 24 jam pertama penyakit dan tidak selalu saat demam tertinggi. Penyakit yang dapat menyebabkan kejang demam adalah flu, pilek, infeksi telinga dan infeksi lain yang biasanya tidak serius. Namun, penyakit serius seperti pneumonia atau meningitis juga dapat menjadi penyebabnya. Kecenderungan untuk mendapatkan kejang demam diwariskan dalam keluarga. Risiko anak memiliki kejang demam adalah 10-20% bila salah satu orangtuanya pernah mendapatkannya. Risiko meningkat menjadi sekitar 30% jika kedua orangtua dan saudara kandung pernah mendapatkannya.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon